Cinta Sejati


Mungkin banyak yang berfikir kalau aku tidak normal. Tidak mempunyai cinta untuk lawan jenis kecuali ibuku. Banyak yang menganggapku manusia yang tidak idealis yang tidak punya perasaan untuk mau menempatkan seseorang di hatiku.
Teman-teman sering bertanya, apakah aku pernah jatuh cinta? Pertanyaan itu kemudian dibarengi bayolan yang menyatakan bahwa aku tidak normal. Kemudian bayolan itu mendogma pada diriku. Teman-teman banyak yang bergumah tentangku, seorang aktivis yang tidak normal, tidak memiliki ketertarikan pada lawan jenis.
Mereka selalu bertanya tantang itu, jawabanku hanyalah senyuman indah terbaik yang pernah kuberikan. Aku tahu senyumanku semakin membuat mereka hawatir. Nasihat-nasihatpun menghujaniku setiap hari. Sama dengan pertanyaan yang sering mereka lontarkan, responku untuk nasihat-nasihat itu pun adalah senyuman indah terbaik sepanjang masa.
Biarlah mereka semakin menghawatirkanku, karena itu pertanda rasa cinta mereka padaku. Maafkan aku sahabat, membiarkan kalian berada dalam kekhawatiran...

Sesungguhnya, di lubuk hatiku aku menaruh simpati pada seorang hamba Allah. Seorang akhwat solehah. Bukan karena aku merasa tidak pantas bersanding dengannya yang membuatku harus mempersiapkan segala sesuatunya, tetapi kerena aku tahu dia adalah wanita solehah yang bagaimanapun membutuhkan persiapan yang sempurna bila harus memutuskan untuk manjadi pemimpin baginya.

Ketika aku harus menahan godaan dan meneguhkan iman tatkala banyak akhwat yang memperbincangkanku. Aku tepis semua godaan-godaan itu, terbersit satu nama di hatiku yang telah menjadi pilihnku, yang dalam setiap istiqarahku kusebut namanya selalu, nama yang aku pintakan restu pada Allah untuk kelak menjadi tanggung jawabku.
Hanya pada Allah tenpatku berbagi, segala pengharapanku kuserahkan semuanya pada Allah, Rabb yang Maha Tinggi.

Tetapi, ketika aku telah siap dengan persiapan yang ada. Siapku menjadikan nyata atas semua doa-doaku, pengharapanku, pinta restuku pada Illahi, semua itu akan menjadi kenangan dan usaha yang kalak terasa begitu indah.

Namanya yang selalu kusebut dalam istiqarahku, namanya yang telah aku ajukan dalam proposalku pada Illahi, kini terbaring terbalutkan lembaran-lembaran kain putih. Di sini cinta itu diuji. Saat cinta pada sesama makhluknya hanya terbatas pada keberadaanya saja, cinta Illahi lah yang begitu murni, mencintai walau mata ini tak pernah sama sekali melihatnya. Cinta Illahi yang akan kekal abadi membersamai cinta suciku, yang aku doakan ialah jodohku di akhirat nanti.

Inilah cinta bagiku, sebuah ketertarikan suci karena Illahi Robbi

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Puisi untuk Anak Jalanan