"Futur", Kemanakah Engkau Wahai Iman?

"Futur" adalah kata yang biasanya digunakan untuk menggambarkan keadaan seseorang yang sedang mengalami penurunan derajat keimanan. Kondisi ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor.

Iman itu naik turun, seperti yang termaktub dalam hadist riwayat Ibnu Hibban. Ibarat mata uang, Iman itu fluktuatif dan dinamis. Mungkin anda sepakat jika saya katakan, Iman itu terkadang naik dan terkadang turun, dan itu lumrah terjadi pada manusia yang memiliki nafsu dan akal. Namun, pesan salah seorang ustadz, "iman itu boleh naik dan turun, tapi jangan sering turun dan jangan turun secara drastis."

Kondisi dimana iman berada dalam atau menuju ke derajat terendah inilah yang dinamakan kondisi futur. Tentunya futur ini sendiri dapat disebabkan oleh berbagai hal. Tingkat stres yang tinggi sehingga tidak dapat mengendalikan diri terkadang menjadi penyebab utama. Stres bisa diakibatkan oleh mobilitas yang terlalu tinggi, keadaan lingkungan, kondisi fisik, tekanan mental dan banyak hal lain.

Disadari atau tidak setiap dari manusia normal pasti pernah merasakan futur. Akibat kondisi futur ini banyak sekali penyakit-penyakit keimanan mudah menjangkit. Antara lain :

1. Sulit untuk Ikhlas

Kondisi ini membuat kita tidak rela melakukan, memberikan apa yang kita miliki dan pasrah atas apa yang telah terjadi. Rasa tidak ikhlas ini sering terjadi karena kita merasa bahwa diri kita adalah pemilik, dan merasa bangga dengan apa yang dimiliki sehingga sering merendahkan orang lain yang tidak memiliki seperti apa yang kita miliki. Sehingga ketika itu hilang, kita menjadi tidak rela, menjadi marah karena ada keengganan (gengsi) untuk menjadi seperti orang yang tidak memiliki tadi.

Dari uraian di atas kita tahu bahwa ada banyak penyakit hati lain yang disebabkan karena ketidak ikhlasan, salah satunya adalah sombong. Sombong ini lah yang kemudian menjadikan "sesuatu" sulit untuk dilepas.

Ada baiknya jika kita ingat, kita ibarat tukang parkir atau penjaga tas yang hanya diminta untuk menjaga titipan dengan baik. Kita adalah manusia yang ditipakan harta benda kepada kita untuk kita rawat dan kita jaga dengan baik, dimanfaatkan untuk keperluan orang banyak. Karena pada hakikatnya Allah lah "Sang Pemilik" alam semesta dan seiisinya. Seringnya kita berzikir  dengan sungguh-sungguh akan membuat hati menjadi sejuk sehingga tidak mudah sombong dan dapat berbuat dengan mengharapakan ridho-Nya semata (ikhlas).

2. Kurangnya rasa syukur

Pernahkan anda merasa bahwa Allah tidak adil? Kondisi ini biasanya disebabkan oleh seringnya kita berada dalam kondisi-kondisi nyaman dan ketika diberikan sebeuah cobaan kita merasa bahwa Allah tidak adil dan tidak memberika kita kenyamanan seperti dulu. Atau terkadang kurangnya rasa syukur ini disebabkan karena seringnya kita melihat "ke atas" dan lupa untuk melihat "ke bawah". Apa yang sering kita lihat adalah sesuatu yang sering kita anggap ideal dan ternyata yang ideal itu tidak ada pada diri kita. Lalu kita men-judge bahwa Allah tidak adil.

Dengan mengatakan bahwa Allah tidak adil, itu berarti kita sudah kufur akan nikmat yang telah diberikan Allah. Kita menganggap bahwa nikmat itu sejatinya adalah apa yang kita pandang ideal menurut kita dan orang-orang yang berada "di atas" kita. Ialah orang-orang yang sering kita anggap ideal. Namun, jika kita telaah lebih jauh bahwa nikmat itu sejatinya adalah segala pemberian Allah yang bermanfaat, bagi kita. Dengan begitu, tentu kita tidak akan melupakan nikmat s.e.h.a.t. Kenikmatan karena kita masih diberi umur panjang samapai sekarang, itu merupakan nikmat yang perlu disyukuri. Berarti kita masih diberi kesempatan untuk melihat dunia ini berkembang.

Jika kita merasa kurang bersyukur ada baiknya kita memperbanyak interaksi kita dengan orang-orang yang berda "di bawah" dan meminimalkan pandangan kita ke orang-orang yang ada "di atas".

3. Putus asa atau pesimistis

Karena kita menganggap Allah tidak adil inilah yang terkadang menyebakan kita putus asa dan pesimis terhadap kekuasaan Allah. Ingatlah bahwa Allah maha kuasa atas segala sesuatu, banyak kasus dan kejadian yang sama sekali tidak dapat diprediksi manusia, itu semua karena kekuasaan Allah. Allah memiliki kekuatan yang begitu luar biasa yang dapat mengatur manusia, terkadang kondisi dimana merasa bahwa kekuasaan Allah tidak ditunjukan pada kita, ini lah yang menjadi penyebab rasa putus asa atau pesimistis.

Kita harus sering memahami hakikat kehidupan manusia berdasarkan atas kekuasaan Allah. Kekuasaan Allah yang menjadikan segala sesuatu di alam ini, bahkan terkadang manusia memiliki pandangan terbatas terhadapnya. Membaca Al Qur'an akan semakin menambah wawasan kita mengenali berbagai macam kekuasaan Allah.


4. Melalaikan ibadah
Hal ini yang paling terlihat dari seseorang yang mengalami kondisi futur. Orang yang rajin shalat sunah jadi lalai dengan sunahnya. Orang yang sering shalat di awal waktu dia akan semakin sering terlambat menunaikan shalatnya, orang yang sering telat shaltnya maka ia akan semakin sering meninggalkan shalatnya, orang yang jarang shalatnya maka ia akan dengan mudah meninggalkan shalatnya. Inilah kondisi yang dapat diketahui secara nyata bahwa seseorang sedang mengalami kondisi futur.

Tidak hanya ibadah mahdhoh saja tetapi juga ibadah-ibadah yang lain.

Sering kita lupa bahwa kita hidup di dunia ini hanyalah sementara, hidup ini hanya seperti kedipan mata, sangat singkat. Sehingga sebaiknya digunakan untuk menabung amal... Apa yang akan kita bawa tidak lain hanyalah amalan, yang telah dikerjakan di dunia sebagai bekal kita kelak. Tidak ada manusia yang sempurna tetapi berusahalah untuk mencapai kesempurnaan, karena Allah mencintai kita dengan sempurna...

allahu alam bishawab

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Puisi untuk Anak Jalanan