Bagaimana Menjaga Hati Jika Baru Berhijrah



Hati itu ciptaan Allah yang menyempurnakan keberadaan manusia. Selain akal, Allah juga membekali manusia dengan sebuah organ vital yang berfungsi untuk menetralisir racun dalam tubuh. Dialah hati. Keberadaannya memberi manfaat dan ketiadaannya memberi mudhorot. Bayangkan jika tidak ada yang menetralisir racun, pasti manusia sering keracunan.

Berbicara mengenai hati, sebenarnya Rasulullah saw telah memperingatkan manusia agar menjaga hatinya. Beliau bersabda “Sesungguhnya di dalam tubuh ada segumpal darah. jika segumpal darah tersebut baik maka akan baik pulalah seluruh tubuhnya, adapun jika segumpal darah tersebut rusak maka akan rusak pulalah seluruh tubuhnya, ketahuilah segumpal darah tersebut adalah hati.”(HR. Muslim)Segumpal darah tersebut menentukan baik buruknya seseorang.

Muncul sebuah pertanyaan, apakah ada hubungan antara kebaikan dan iman? Kalau kita lihat, banyak orang baik tetapi tidak beriman, tidak mengakui adanya Allah swt Yang Esa. Dan tidak jarang pula melihat orang yang berkelakuan buruk tetapi mengaku beriman.
Sesungguhnya dua kata tersebut berhubungan. Kedua kata tersebut menunjukkan hubungan yang sebanding seperti dalam hadits Rasulullah bersabda

"Sesungguhnya orang yang paling aku cintai dan paling dekat kedudukannya dengan majelisku pada Hari Kiamat nanti adalah orang yang paling baik akhlaknya. Sebaliknya, orang yang aku benci dan paling jauh dari diriku adalah orang yang terlalu banyak bicara (yang tidak bermanfaat, pen.) dan sombong." HR at-Tirmidzi

Saya menjamin sebuah rumah tepi surga bagi orang meninggalkan debat sekalipun ia benar, dan sebuah rumah di tengah surga bagi orang yang tidak berbohong sekalipun hanya bergurau, dan rumah di atas surga bagi orang yang mulia akhlaknya. [Sunan Abi Daud: Hasan]

"Sifat malu adalah dari iman dan keimanan itu di surga, sedangkan perkataan busuk adalah kebengisan tabi'at dan kebengisan tabi'at di neraka. (HR. Bukhari dan Tirmidzi)

Jika seseorang percaya akan hari kiamat tentu dia tidak akan banyak bicara dan sombong sehingga ia dibenci Rasulullah di hari Kiamat. Ataupun jika ia takut akan adanya neraka ia pasti akan meninggalkan perkataan buruk. Dan jika ia yakin adanya surga maka ia akan meninggalkan debat sekalipun ia benar, dia akan meninggalkan kebohongan sekalipun hanya untuk gurauan, karena dia percaya Allah swt akan membangunkan rumah di atas surge untuknya.

Seperti apa hati yang dikatakan baik itu?Berikut penjelasan Allah swt melalui surat Al Anfal ayat 2 dan As Sajadah ayat 15

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal.”

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dengan ayat-ayat Kami, adalah orang-orang yang apabila diperingatkan dengan ayat-ayat (Kami), mereka menyungkur sujud dan bertasbih serta memuji Tuhannya, sedang mereka tidak menyombongkan diri.”

Itulah tanda-tanda hati yang bersih yang digambarkan sebagai seorang hamba yang menempatkan kecintaan pada Rabbnya di atas segalanya. Apakah hati kita bersih? Tentu hati andalah yang dapat menjawabnya.

Saya banyak bertemu dengan perempuan berjilbab besar yang sedang dalam proses berhijrah. Alhamdulillah mereka sudah mulai berhijrah dari pakaiannya, namun, terkadang hijrahnya tidak dilakukan secara total. Sehingga, saya sering melihat perempuan berjilbab besar masih pacaran, mudah berkata-kata kasar, menggoda lawan jenis, bersikap murung dan jarang tersenyum, dan lain-lain yang tidak mencerminkan kebersihan hati.

Teman-teman yang hendak berhijrah atau yang sedang berhijrah mari kita maknai hijrah ini sebagai titik awal kita memperbaiki diri. Perbaikan ini harus dilakukan terus-menerus, jangan berhenti pada perubahan tampilan fisik saja, akhlak, ibadah, dan pemahaman akan Islam harus digodog secara rutin. Tentu proses lebih baik didahulukan ketimbang hasil instan yang kemudian tidak istiqamah. Namun, proses ini juga harus dilakukan dengan penuh kesungguhan.

Kesungguhan ini, dapat dimulai dari niat yang lurus. Tidak menjadikan pakaian yang merupakan awal mula perubahan hanya semata sebagai fashion. Ketahuilah bahwa fashion/gaya berubah setiap waktunya, jika niat dilandasi atas gaya dan trend/ikut-ikutan ketika fashion berubah maka ia juga akan merubah penampilannya. Tentu tidak bisa ditentukan apakah ke arah yang lebih baik atau sebaliknya. Karena tergantung kemana arah fashion menuntun. Namun, jika niat berjilbab adalah karena Allah tentu ia akan sesuai syariat dan tidak berubah jika iman masih ada di dalam dirinya.

Kedua, mulailah menjaga hati dan berkomitmen untuk menjaga hati. Bagaimana cara menjaga hati? Jauhilah maksiat dan perbanyak amal makruf. Hal-hal kecil seperti senyum kepada sesama dan bertegur sapa kadang dilupakan oleh muslimah. Padahal, senyum ini berpahala dan merupakan sedekah yang paling mudah. Para muslimah sudah paham arti sedekah sebaiknya perbanyaklah sedekah dengan senyum dan bertegur sapa. Saat berada di kos tak jarang saya melihat muslimah berjilbab besar bertandang ke kamar kos tepat disebelah kamar kosku. Alangkah ramainya mereka berbincang, terlihat sangat asyik, namun saat lewat di depan kamarku langsung senyap, tidak ada sapaan hangat seperti pada temannya, dan senyuman manis pun terlewat. Inilah pentingnya adab bersosialisasi. Muslimah tidak boleh terlihat inklusif dan kaku. Tidak ada salahnya jika kita menyapa dan memberikan senyum pada orang yang belum kita kenal. Walaupun selalu ada dua kemungkinan, kemungkinan dibalas senyum kita, atau orang melihat heran karena tidak kenal sebelumnya. Ah, abaikan saja balasan yang tidak menyenangkan. Tujuan kita adalah senyum dan menebar sedekah, masalah feedback tidak perlu dirisaukan feedback terbaik adalah dari Allah bukan?

Dengarkanlah, bagaimana Rasulullah saw menganjurkan umatnya untuk menebar senyum
“Senyum manismu dihadapan saudaramu adalah shadaqah” (HR. Tirmidzi)

Selain senyum, sebaiknya kita jaga hati kita dari berprasangka. Saya pernah berada dalam satu keadaan penuh prasangka. Saat itu, tidak banyak kegiatan yang saya lakukan. Waktu banyak dihabiskan untuk merenung dan melamun. Saat itulah prasangka mulai hadir di dalam fikiran ditambah kompor dari syeitan. Jadilah, saya menaruh kebencian dan banyak berprasangka buruk. Beruntunglah itu tidak berlangsung lama, setelah Allah menunjukkan kebenaran atas prasangka saya. 

Namun, keadaan penuh prasangka sangat tidak mengenakkan. Disamping kekhawatiran hati juga diliputi rasa dendam karena prasangka melibatkan hal-hal buruk yang pernah ada sebelumnya, entah itu tentang sebuah kejadian ataupun tentang seseorang. Hindarilah prasangka buruk terhadap orang lain. Mulailah mencoba ikhlas atas keadaan yang pernah dialami, mencoba mendekatkan diri pada Allah swt. Dan jangan mencoba berprasangka buruk pada-Nya. Kalau kita sudah berprasangka buruk pada-Nya, lalu siapa yang dapat menolong kita sedangkan manusia bisa datang dan pergi sesukannya.
Kedua berilah selalu hati nutrisi yang tepat. Nutrisi hati ada pada amalan ibadah. Perbanyaklah ibadah, dengan khusyuk dan tawadu. Bukan ibadah riya dan penuh kesombongan. Shalat lima waktu tepat waktu di masjid bukan untuk pamer, shalat tahajud bukan untuk menunjukkan kelebihan, dan tadarus dengan suara merdu bukan untuk kebanggaan. Semua itu adalah ibadah yang harus dilandasi dengan keikhlasan. 

Suatu ketika, ada yang bertanya padaku. Kenapa orang yang rajin shalatnya, rutin tahajudnya, dan pandai dalam berdakwah tidak bisa menjaga hatinya, dari membicarakan aib orang atau menjaga hatinya dari merayu lawan jenis. Sejatinya, semakin tinggi pohon akan semakin kuat angina yang menerpanya. Jangan lengah ketika ibadah sudah dilakukan secara rutin. Terkadang yang rutin ini sudah tidak sulit lagi untuk dilakukan, sehingga hati memaknainnya datar. Tidak ada yang intim dalam ibadahnya dengan Rabbnya, hanya rutinitas yang berlalu begitu saja. Mari kita kembali melihat, apakah kita berada dalam tahap kejenuhan dalam beribadah. Dimana ibadah yang dilakukan tidak menyentuh hati sama sekali. Kalau iya, mulailah berbicara pada hati, tanyakan padanya, apakah dia butuh nutrisi. Jika iya, segeralah bangkit, ambil air wudhu dan dan mulailah shalat dan beristigfar. Semoga Allah swt memberikan petunjuk kepada cahaya-Nya yang terang.

Ketiga, jika hati mulai sakit segeralah disembuhkan. Ada 5 cara pengobat hati.
1. Baca Al Qur’an dan maknanya
2. Sholat malam
3. Berkumpul dengan orang sholeh
4. Perbanyak berpuasa
5. Dzikir malam


Dari uraian di atas, tentu kita sepakat bahwa iman dan kebaikan saling berhubungan. Dengan iman yang benar tercipta hati yang bersih, dari hati yang bersih akan muncul kebaikan. Jika ada orang baik namun belum beriman, mari kita doakan semoga Allah swt membimbingnya kejalan yang benar. Aamiin..

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Puisi untuk Anak Jalanan